mpoetz zone

selamat datang.....
selamat berkunjung....

Kamis, Desember 30, 2010

Apakah Bumi seperti planet-planet lain?

Apakah Bumi seperti planet-planet lain?

Tidak. Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus adalah bola-bola besar yang hamper seluruhnya tersusun dari gas. Planet-planet itu tidak mempunyai kerak yang padat dan berbatu seperti bumi.

Merkurius, Venus, dan Mars padat di luarnya seperti Bumi, tapi tentu saja kita tidak bisa bertahan hidup disana. Malam hari di Merkurius sangat dingin dan lama, sedangkan siang harinya panas dan lama.

Venus panas menghanguskan. Mars sangat dingin. Tak satu pun dari planet-planet ini yang mempunyai Oksigen untuk bernapas atau air untuk minum. (Pada planet-planet yang lebih panas, air cepat menguap dan berubah menjadi gas. Pada planet-planet yang lebih dingin, air cepat membeku).

Bumi sangat ideal sebagai tempat tinggal karena tidak terlalu panas atau dingin. Bumi menjadi satu-satunya planet, yang kita tahu, memiliki makhluk hidup.

bUMI

Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU (Inggris: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.

Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan stratosfer dan mesosfer dan melindungi bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan suhu permukaan bumi adalah antara -70 °C hingga 55 °C bergantung pada iklim setempat. Sehari dibagi menjadi 24 jam dan setahun di bumi sama dengan 365,2425 hari. Bumi mempunyai massa seberat 59.760 milyar ton, dengan luas permukaan 510 juta kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar 5.500 kilogram per meter kubik) digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet yang lain, dengan berat jenis Bumi dipatok sebagai 1.

Bumi mempunyai diameter sepanjang 12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan bumi diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbondioksida, dan gas lain.

Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi nikel beku setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500 °C, diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi bumi, dan akhirnya sekali diselimuti oleh kerak bumi setebal kurang lebih 85 kilometer.

Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak bumi terbagi kepada beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori Continental Drift) yang menghasilkan gempa bumi.

Titik tertinggi di permukaan bumi adalah gunung Everest setinggi 8.848 meter, dan titik terdalam adalah palung Mariana di samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau terdalam adalah Danau Baikal dengan kedalaman 1.637 meter, sedangkan danau terbesar adalah Laut Kaspia dengan luas 394.299 km2.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Komposisi dan struktur
o 1.1 Bentuk
o 1.2 Komposisi kimia
* 2 Lapisan bumi
* 3 Catatan
* 4 Referensi
* 5 Pranala luar
* 6 Lihat pula

[sunting] Komposisi dan struktur

Bumi adalah sebuah planet kebumian, yang artinya terbuat dari batuan, berbeda dibandingkan gas raksasa seperti Jupiter. Planet ini adalah yang terbesar dari empat planet kebumian, dalam kedua arti, massa dan ukuran. Dari keempat planet kebumian, bumi juga memiliki kepadatan tertinggi, gravitasi permukaan terbesar, medan magnet terkuat dan rotasi paling cepat. Bumi juga merupakan satu-satunya planet kebumian yang memiliki lempeng tektonik yang aktif.
[sunting] Bentuk
Putaran rotasi bumi pada poros utara-selatan yang berakibat terjadinya siang dan malam

Bentuk planet Bumi sangat mirip dengan bulatan gepeng (oblate spheroid), sebuah bulatan yang tertekan ceper pada orientasi kutub-kutub yang menyebabkan buncitan pada bagian katulistiwa. Buncitan ini terjadi karena rotasi bumi, menyebabkan ukuran diameter katulistiwa 43 km lebih besar dibandingkan diameter dari kutub ke kutub. Diameter rata-rata dari bulatan bumi adalah 12.742 km, atau kira-kira 40.000 km/π. Karena satuan meter pada awalnya didefinisikan sebagai 1/10.000.000 jarak antara katulistiwa ke kutub utara melalui kota Paris, Prancis.

Topografi lokal sedikit bervariasi dari bentuk bulatan ideal yang mulus, meski pada skala global, variasi ini sangat kecil. Bumi memiliki toleransi sekitar satu dari 584, atau 0,17% dibanding bulatan sempurna (reference spheroid), yang lebih mulus jika dibandingkan dengan toleransi sebuah bola biliar, 0,22%. Lokal deviasi terbesar pada permukaan bumi adalah gunung Everest (8.848 m di atas permukaan laut) dan Palung Mariana (10.911 m di bawah permukaan laut). Karena buncitan katulistiwa, bagian bumi yang terletak paling jauh dari titik tengah bumi sebenarnya adalah gunung Chimborazo di Ekuador.

Proses alam endogen/tenaga endogen adalah tenaga bumi yang berasal dari dalam bumi. Tenaga alam endogen bersifat membangun permukaan bumi ini. Tenaga alam eksogen berasal dari luar bumi dan bersifat merusak. Jadi kedua tenaga itulah yang membuat berbagai macam relief di muka bumi ini seperti yang kita tahu bahwa permukaan bumi yang kita huni ini terdiri atas berbagai bentukan seperti gunung, lembah, bukit, danau, sungai, dsb. Adanya bentukan-bentukan tersebut, menyebabkan permukaan bumi menjadi tidak rata. Bentukan-bentukan tersebut dikenal sebagai relief bumi.
[sunting] Komposisi kimia
Tabel Kerak oksida F. W. Clarke Senyawa Formula Komposisi
Silika SiO2 59,71%
Alumina Al2O3 15,41%
kapur CaO 4,90%
Magnesia MgO 4,36%
Natrium oksida Na2O 3,55%
Besi(II) oksida FeO 3,52%
Kalium oksida K2O 2,80%
Besi(III) oksida Fe2O3 2,63%
Air H2O 1,52%
Titanium dioksida TiO2 0,60%
Fosfor pentaoksida P2O5 0,22%
Total 99,22%

Massa bumi kira-kira adalah 5,98×1024 kg. Kandungan utamanya adalah besi(32,1%), oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur (2,9%), nikel (1,8%), kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2% selebihnya terdiri dari berbagai unsur-unsur langka. Karena proses pemisahan massa, bagian inti bumi dipercaya memiliki kandungan utama besi (88,8%), dan sedikit nikel (5,8%), sulfur (4,5%), dan selebihnya kurang dari 1% unsur langka.[10]

Ahli geokimia F. W. Clarke memperhitungkan bahwa sekitar 47% kerak bumi terdiri dari oksigen. Batuan-batuan paling umum yang terdapat di kerak bumi hampir semuanya adalah oksida (oxides); klorin, sulfur, dan florin adalah kekecualian dan jumlahnya di dalam batuan biasanya kurang dari 1%. Oksida-oksida utama adalah silika, alumina, oksida besi, kapur, magnesia, potas dan soda. Fungsi utama silika adalah sebagai asam, yang membentuk silikat. Ini adalah sifat dasar dari berbagai mineral batuan beku yang paling umum. Berdasarkan perhitungan dari 1,672 analisa berbagai jenis batuan, Clarke menyimpulkan bahwa 99,22% batuan terdiri dari 11 oksida (lihat tabel kanan). Konstituen lainnya hanya terjadi dalam jumlah yang kecil. [note 3]
[sunting] Lapisan bumi

Menurut komposisi (jenis dari materialnya), Bumi dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut :

* Kerak Bumi
* Mantel Bumi
* Inti Bumi

Sedangkan menurut sifat mekanik (sifat dari material) -nya, bumi dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut :

* Litosfir
* Astenosfir
* Mesosfir
* Inti Bumi bagian luar

Inti bumi bagian luar merupakan salah satu bagian dalam bumi yang melapisi inti bumi bagian dalam. Inti bumi bagian luar mempunyai tebal 2250 km dan kedalaman antara 2900-4980 km. Inti bumi bagian luar terdiri atas besi dan nikel cair dengan suhu 3900 °C

* Inti Bumi bagian dalam

Inti bumi bagian dalam merupakan bagian bumi yang paling dalam atau dapat juga disebut inti bumi. inti bumi mempunyai tebal 1200km dan berdiameter 2600km. inti bumi terdiri dari besi dan nikel berbentuk padat dengan temperatur dapat mencapai 4800 °C

planet

Planet adalah benda langit yang memiliki ciri-ciri berikut:

* mengorbit mengelilingi bintang atau sisa-sisa bintang;
* mempunyai massa yang cukup untuk memiliki gravitasi tersendiri agar dapat mengatasi tekanan rigid body sehingga benda angkasa tersebut mempunyai bentuk kesetimbangan hidrostatik (bentuk hampir bulat);
* tidak terlalu besar hingga dapat menyebabkan fusi termonuklir terhadap deuterium di intinya; dan,
* telah "membersihkan lingkungan" (clearing the neighborhood; mengosongkan orbit agar tidak ditempati benda-benda angkasa berukuran cukup besar lainnya selain satelitnya sendiri) di daerah sekitar orbitnya

Berdasarkan definisi di atas, maka dalam sistem Tata Surya terdapat delapan planet. Hingga 24 Agustus 2006, sebelum Persatuan Astronomi Internasional (International Astronomical Union = IAU) mengumumkan perubahan pada definisi "planet" sehingga seperti yang tersebut di atas, terdapat sembilan planet termasuk Pluto, bahkan benda langit yang belakangan juga ditemukan sempat dianggap sebagai planet baru, seperti: Ceres, Sedna, Orcus, Xena, Quaoar, UB 313. Pluto, Ceres dan UB 313 kini berubah statusnya menjadi "planet kerdil/katai."

Planet diambil dari kata dalam bahasa Yunani Asteres Planetai yang artinya Bintang Pengelana. Dinamakan demikian karena berbeda dengan bintang biasa, Planet dari waktu ke waktu terlihat berkelana (berpindah-pindah) dari rasi bintang yang satu ke rasi bintang yang lain. Perpindahan ini (pada masa sekarang) dapat dipahami karena planet beredar mengelilingi matahari. Namun pada zaman Yunani Kuno yang belum mengenal konsep heliosentris, planet dianggap sebagai representasi dewa di langit. Pada saat itu yang dimaksud dengan planet adalah tujuh benda langit: Matahari, Bulan, Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus. Astronomi modern menghapus Matahari dan Bulan dari daftar karena tidak sesuai definisi yang berlaku sekarang. Sebelumnya, planet-planet anggota galaksi Bimasakti ada 9, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter/Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Namun, tanggal 26 Agustus 2006, para ilmuwan sepakat untuk mengeluarkan Pluto dari galaksi Bimasakti sehingga jumlah planet pada galaksi Bimasakti jumlahnya ada 8.

Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengertian istilah “planet” berubah dari “sesuatu” yang bergerak melintasi langit (relatif terhadap latar belakang bintang-bintang yang “tetap”), menjadi benda yang bergerak mengelilingi Bumi. Ketika model heliosentrik mulai mendominasi pada abad ke-16, planet mulai diterima sebagai “sesuatu” yang mengorbit Matahari, dan Bumi hanyalah sebuah planet. Hingga pertengahan abad ke-19, semua obyek apa pun yang ditemukan mengitari Matahari didaftarkan sebagai planet, dan jumlah “planet” menjadi bertambah dengan cepat di penghujung abad itu.

Selama 1800-an, astronom mulai menyadari bahwa banyak penemuan terbaru tidak mirip dengan planet-planet tradisional. Obyek-obyek seperti Ceres, Pallas dan Vesta, yang telah diklasifikasikan sebagai planet hingga hampir setengah abad, kemudian diklasifikan dengan nama baru "asteroid". Pada titik ini, ketiadaan definisi formal membuat "planet" dipahami sebagai benda 'besar' yang mengorbit Matahari. Tidak ada keperluan untuk menetapkan batas-batas definisi karena ukuran antara asteroid dan planet begitu jauh berbeda, dan banjir penemuan baru tampaknya telah berakhir.

Namun pada abad ke-20, Pluto ditemukan. Setelah pengamatan-pengamatan awal mengarahkan pada dugaan bahwa Pluto berukuran lebih besar dari Bumi, IAU (yang baru saja dibentuk) menerima obyek tersebut sebagai planet. Pemantauan lebih jauh menemukan bahwa obyek tersebut ternyata jauh lebih kecil dari dugaan semula, tetapi karena masih lebih besar daripada semua asteroid yang diketahui, dan tampaknya tidak eksis dalam populasi yang besar, IAU tetap mempertahankan statusnya selama kira-kira 70 tahun.

Pada 1990-an dan awal 2000-an, terjadi banjir penemuan obyek-obyek sejenis Pluto di daerah yang relatif sama. Seperti Ceres dan asteroid-asteroid pada masa sebelumnya, Pluto ditemukan hanya sebagai benda kecil dalam sebuah populasi yang berjumlah ribuan. Semakin banyak astronom yang meminta agar Pluto didefinisi ulang sebagai sebuah planet seiring bertambahnya penemuan obyek-obyek sejenis. Penemuan Eris, sebuah obyek yang lebih masif daripada Pluto, dipublikasikan secara luas sebagai planet kesepuluh, membuat hal ini semakin mengemuka. Akhirnya pada 24 Agustus 2006, berdasarkan pemungutan suara, IAU membuat definisi planet. Jumlah planet dalam Tata Surya berkurang menjadi 8 benda besar yang berhasil “membersihkan lingkungannya” (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus), dan sebuah kelas baru diciptakan, yaitu planet katai, yang pada awalnya terdiri dari tiga obyek, Ceres, Pluto dan Eris.

Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet (lihat tabel nama planet di bawah). Pada abad ke-6 SM, bangsa Yunani memberi nama Stilbon (cemerlang) untuk Planet Merkurius, Pyoroeis (berapi) untuk Mars, Phaethon (berkilau) untuk Jupiter, Phainon (Bersinar) untuk Saturnus. Khusus planet Venus memiliki dua nama yaitu Hesperos (bintang sore) dan Phosphoros (pembawa cahaya). Hal ini terjadi karena dahulu planet Venus yang muncul di pagi dan di sore hari dianggap sebagai dua objek yang berbeda.

Pada abad ke-4 SM, Aristoteles memperkenalkan nama-nama dewa dalam mitologi untuk planet-planet ini. Hermes menjadi nama untuk Merkurius, Ares untuk Mars, Zeus untuk Jupiter, Kronos untuk Saturnus dan Aphrodite untuk Venus.

Pada masa selanjutnya di mana kebudayaan Romawi menjadi lebih berjaya dibanding Yunani, semua nama planet dialihkan menjadi nama-nama dewa mereka. Kebetulan dewa-dewa dalam mitologi Yunani mempunyai padanan dalam mitologi Romawi sehingga planet-planet tersebut dinamai dengan nama yang kita kenal sekarang.

Hingga masa sekarang, tradisi penamaan planet menggunakan nama dewa dalam mitologi Romawi masih berlanjut. Namun demikian ketika planet ke-7 ditemukan, planet ini diberi nama Uranus yang merupakan nama dewa Yunani. Dinamakan Uranus karena Uranus adalah ayah dari |Kronos (Saturnus). Mitologi Romawi sendiri tidak memiliki padanan untuk dewa Uranus. Planet ke-8 diberi nama Neptunus, dewa laut dalam mitologi Romawi.

Kamis, Desember 09, 2010

mkpk

PENGAWASAN PERSEDIAAN (INVENTORY CONTROL)


1. Pengertian Persediaan

Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan ataupun perusahaan pabrik serta perusahaan jasa selalu mengadakan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang/jasa. Persediaan diadakan apabila keuntungan yang diharapkan dari persediaan tersebut hendaknya lebih besar daripada biaya-biaya yang ditimbulkannya.

Adapun menurut Sofjan Assauri (1993:169) persediaan dapat didefinisikan sebagai berikut :
“ Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal “.

Jadi persediaan merupakan sejumlah barang yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari pelanggan. Dalam perusahaan perdagangan pada dasarnya hanya ada satu golongan inventory (persediaan), yang mempunyai sifat perputaran yang sama yaitu yang disebut “Merchandise Inventory” (persediaan barang dagangan). Persediaan ini merupakan persediaan barang yang selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut didalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan.
Persediaan pada dasarnya akan menimbulkan biaya-biaya. Biaya-biaya yang ditimbulkannya tersebut dapat berupa biaya tetap dan biaya variable. Menurut Bambang Rianto (1995) menyatakan bahwa untuk tujuan perencanaan besarnya persediaan kita hanya memperhatikan yang variabelnya saja dari biaya-biaya persediaan tersebut yang secara langsung akan terpengaruh oleh rencana tersebut.

Biaya Variabel dari persediaan tersebut dapat digolongkan kedalam :
1. Procurement atau Ordering Cost
Ordering cost adalah biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan, yang terdiri dari :
(1) Biaya selama proses pesanan
a. Persiapan-persiapan yang diperlukan untuk pemesanan
b. Penentuan besarnya kuantitas yang akan dipesan
(2) Biaya pengiriman pesanan
(3) Biaya penerimaan barang yang dipesan
a. Pembongkaran dan pemasukan ke gudang
b. Pemeriksaan material yang diterima
c. Mempersiapkan laporan penerimaan
d. Mencatat kedalam “Material Record Card”

(4) Biaya-biaya processing pembayaran
a. Auditing dan perbandingan antara laporan penerimaan dengan pesanan yang asli
b. Persiapan pembuatan cheque untuk pembayaran
c. Pengiriman cheque dan kemudian auditnya
2. Carrying Cost
Carrying cost adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan. Penentuan besarnya carrying cost didasarkan pada “Average Inventory ” (persediaan rata-rata), dan biaya ini dinyatakan dalam persentase dari nilai dalam rupiah dari average inventory. Biaya-biaya yang termasuk kedalam carrying cost adalah :
(1) Biaya penggunaan/sewa ruangan gudang
(2) Biaya pemeliharaan material dan allowances untuk kemungkinan rusak
(3) Biaya untuk menghitung atau menimbang barang yang dibeli
(4) Biaya asuransi
(5) Biaya modal
(6) Biaya absolescence
(7) Pajak dari persediaan yang ada dalam gudang




























2. Perencanaan dan Pengawasan Persediaan

1) Perencanaan
Suatu rencana adalah langkah realistis yang telah ditentukan sebelumnya, rencana memuat rincian kagiatan untuk mencapai tujuan. Rencana harus menetapkan kriteria penilaian dan standart pengukuran serta memberi peluang bagi kreativitas dan fleksibilitas.
Dalam merencanakan kita harus memperhitungkan berbagai kondisi yang terjadi diperusahaan, Perencanaan juga harus saling berhubungan untuk memperbaiki profitabilitas
Perencanaan menentukan terlebih dahulu apa yang harus dilakukan, bagaimana harus dilaksanakan, kapan dan bagaimana alternatif untuk mencapai tujuan, termasuk biaya-biaya yang akan terjadi juga harus diukur.
Untuk merencanakan besarnya jumlah persediaan, perlu mempertimbangkan biaya-biaya variabel berikut ini :
1. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs), yaitu terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang disimpan semakin besar. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah:
a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan, dan sebagainya).
b. Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan.
c. Biaya Keuangan.
d. Biaya perhitungan fisik.
e. Biaya asuransi persediaan.
f. Biaya pajak persediaan.
g. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan.
h. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.
2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement costs), biaya-biaya ini meliputi :
a. Pemprosesan pesanan dan biaya ekspedisi.
b. Upah.
a. Biaya telepon.
b. Pengeluaran surat menyurat.
c. Biaya pengepakan dan penimbangan.
d. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan.
e. Biaya pengiriman ke gudang.
f. Biaya utang lancar dan sebagainya.
3. Biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up cost. Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri oleh perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyimpanan untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari :
a. Biaya mesin-mesin menganggur.
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung.
c. Biaya penjadwalan.
d. Biaya ekspedisi dan sebagainya.
2. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan ( shortage costs) adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut :
a. Kehilangan penjualan.
b. Kehilangan pelanggan.
c. Biaya pemesanan khusus.
d. Biaya ekspedisi.
e. Selisih harga.
f. Terganggunya operasi.
g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.
Biaya kekurangan bahan sulit diiukur dalam prakteknya, terutama karena kenyataan biaya ini sering merupakan opportunity costs yang sulit diperkirakan secara objektif.
1. Pengendalian
Pengendalian meliputi langkah yang dilakukan oleh manajemen untuk memperbesar kemungkinan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan dan juga untuk memastikan bahwa seluruh bagian organisasi berfungsi sesuai tujuan organisasi.
Pengendalian menurut Dlenn. Welsch Ronald W Hilton Paul (1995”5), adalah suatu proses untuk memastikan tindakan yang efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Pengendalian ini mencakup ; 1) Penetapan sasaran dan standart, 2) Membandingkan hasil dengan sasaran dan standart, 3) Mendorong keberhasilan dan memperbaiki kekurangan
Ada dua tujuan utama dalam pengendalian internal atas persediaan antaralain mengamankan persediaan dan melaporkan secara tepat dalam laporan keuangan. Pengendalian persediaan harus dimulai segera setelah persediaan diterima. Laporan penerimaan yang sudah diberi nomor sebelumnya harus diisi oleh departemen penerimaan perusahaan untuk menetapkan tanggung-gugat (account-ability) awal atas persediaan. Untuk memastikan bahwa persediaan yang diterima sesuai yang dipesan, setiap laporan penerimaan harus cocok dengan pesanan pembelian.
Pengendalian internal juga bersifat :
1. Preventif (pencegahan), pengendalian preventif dirancang untuk mencegah kesalahan atau kekeliruan pencatatan.
2. Detektif, ditujukan untuk mendeteksi kesalahan atau kekeliruan yang telah terjadi.
3. Meningkatkan efisiensi dengan melaksanakan kebijakan dan prosedur untuk melakukan peningkatan yang mungkin dicapai.
Suatu sistem pengendalian internal merupakan bagian dari sebuah sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen meliputi pengendalian administratif seperti anggaran untuk perencanaan dan pengendalian operasi, dan pengendalian akuntansi seperti prosedur pengendalian internal mengenai pemisahan tugas orang yang menghitung kas dari tugas orang yang memiliki akses terhadap pencatatan piutang.
C. Sistem Pencatatan dan Metode Penilaian Persediaan
1. Sistem pencatatan persediaan
Dalam perhitungan persediaan maka terdapat 2 sistem pencatatan persediaan, antara lain:
1. Sistem Perpetual
Dimana setiap ada transaksi baik itu penjualan atau pembelian barang akan langsung dibukukan atau dicatat dalam kartu stock menurut tanggal kejadiaannya, atau dengan kata lain semua kenaikan dan penurunan barang dicatat dengan cara sama seperti mencatat kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi mengindikasikan jumlah stock tanggal tersebut.
Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan barang dagang dan mengkredit kas atau utang usaha. Pada tanggal penjualan, harga pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan barang dagang. Seperti ilustrasi berikut ini :
Jurnal yang lazim dibuat dalam sistem perpetual
Pada pembelian:
Persediaan barang dagang xxx
Utang usaha xxx
Pada penjualan:
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan barang dagang xxx
Piutang Dagang xxx
Pendapatan penjualan xxx
2. Sistem Periodik
Setiap ada penjualan atau pemakaian atau pembelian terhadap persediaan tidak dilakukan pencatatan terhadap buku persediaan, dengan kata lain perusahaan tidak mempunyai kartu stock. Hanya pendapatan yang dicatat setiap kali penjualan dilakukan. Tidak ada jurnal yang dibuat pada saat penjualan untuk mencatat harga pokok penjualan. Pada akhir periode akuntansi perhitungan fisik dilakukan untuk menentukan biaya atau harga pokok persediaan dan harga pokok penjualan.
2. Metode penilaian persediaan
Metode Penilaian Persediaan terdiri dari 3 metode, yaitu:
1. First-in, First-out (FIFO)
Metode ini menilai persediaan berdasarkan pada asumsi bahwa harga-harga pokok harus dibebankan pada penghasilan sesuai urutan pembeliannya. Sehingga metode ini berkembang dengan asumsi bahwa barang yang paling dulu diterima digudang akan paling dulu dikeluarkan dari gudang. Hal ini terutama untuk barang-barang yang tidak tahan lama dan produk-produk yang modelnya cepat berubah. Contohnya : bahan pangan yang ada tanggal kadaluwarsanya dan pakaian yang sesuai musimnya. Metode ini dapat digunakan dalam sistim perpetual dan dalam sistem periodik.
2. Lasti-in, First-out (LIFO)
Ini adalah suatu metode yang merupakan kebalikan dari metode LIFO. Barang yang dikeluarkan terlebih dahulu akan diberi harga pada harga barang yang diterima terakhir. Metode ini berkembang dari anggapan bahwa barang yang paling akhir diterima digudang, akan lebih dahulu dikeluarkan dari gudang. Pemakaian metode LIFO pada awalnya terbatas untuk situasi yang jarang terjadi, diambil dari unit-unit yang dibeli paling akhir. Contohnya batu bara, yang diterima paling akhir akan berada ditempat teratas sehingga paling mudah diambil untuk dikeluarkan. Jelaslah barang seperti ini tidak mempunyai masa kegunaan terbatas atau mudah rusak. Metode ini dapat dipakai pada sistem perpetual maupun sistim periodik.
Penilaian persediaan dengan metode LIFO dengan menggunakan sistem perpetual berdasarkan data diatas adalah sebagai berikut:
3. Metode Biaya Rata-rata (Moving average)
Ini adalah metode antara kedua metode diatas. Dalam metode ini, perhitungan harga barang tidak berdasarkan mana barang yang masuk dulu dan mana yang keluar terlebih dahulu, tetapi atas dasar harga rata-rata. Apabila metode biaya rata-rata digunakan dalam sistim persediaan perpetual, biaya rata-rata per unit untuk masing-masing barang dihitung setiap kali pembelian dilakukan. Biaya per unit kemudian digunakan untuk untuk menentukan harga pokok setiap penjualan sampai pembelian berikutnya dilakukan dan rata-rata baru dihitung.
E. Pengawasan Persediaan
Pengertian pengawasan persediaan adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan secara efektif dan efisien.
Fungsi pengawasan terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi. Untuk mengevaluasi tugas, para manager hendaknya mrngukur kinerja dibandingkan dengan standar dan harapan yang mereka tetapkan. Standar dapat ditetapkan pada volume produksi dan biaya, volume pejualan , keuntungan, dan berbagai variable yang lain, yang digunakan untuk mengukur kinerja sebuah perusahaan. Misalnya standar pada suatu operasi khusus dalam perusahaan, yaitu volume produksi , biaya produksi per unit dan standar tingkat persediaan yang dapat digunakan untuk memonitor produksi. Sehingga nantinya dapat diputuskan atau diambil tindakan untuk menentukan rencana kedepannya.
Tujuan Pengawasan dapat dipaparkan sebagai berikut :
1. Menyediakan persediaan yang dibutuhkan dengan efisien dan dapat menghindari terganggunya kegiatan perusahaan karena keterlambatan datangnya persediaan.
2. Menjamin adanya persediaan yang cukup untuk melayani permintaan pelanggan yang bersifat mendadak.
3. Menyelenggarakan jumlah persediaan yang agak longgar untuk menghadapi kelangkaan penawaran barang dipasar dalam jangka pendek karena faktor-faktor tertentu.
4. Menyelenggarakan penyimpanan bahan yang dapat menekan biaya dan waktu dan menjaga dari kemungkinan kebakaran, pencurian, penyelewengan, dan bentuk kerugian lainnya.
5. Menjaga agar persediaan yang rusak, usang dan kelebihan yang tidak dipakai dapat ditekan serendah mungkin.
6. Menentukan jumlah investasi dan dana yang tepat dalam persediaan dan sesuai kebutuhan untuk operai dan rencana manajemen.
Pengawasan terhadap persediaan dapat digolongkan atas 3, yaitu:
1. Pengawasan Phisik.
Karena persediaan merupakan benda berwujud, sehingga persediaan harus disimpan pada tempat penyimpanan yang aman dari sagala macam gangguan seperti pencurian, pengaruh suhu dan lain-lain. Perusahaan yang baik akan menugaskan orang-orang yang dapat dipercaya untuk bertanggung jawab terhadap keamanan gudang serta mengasuransikan persediaan dari resiko kebakaran dan sebagainya.
2. Pengawasan Akuntansi.
Pengawasan akuntansi timbul karena adanya pemusatan tugas dan wewenag serta tanggung jawab antara petugas di bidang pencatatan, penyimpanan dan operasi.
Pengawasan akuntansi terhadap persediaan meliputi :
a. Perlindungan terhadap harta kekayaan perusahaan berupa persediaan, persediaan bahan baku maupun persediaan produksi/barang jadi.
b. Melakukan pencatatan yang pantas atau wajar untuk penerimaan dan pemakaian atau penjualan persediaan serta menjaga agar arus barang berjalan dengan sebaik-baiknya, yang dimulai dari proses produksi sampai menjadi barang yang siap dipasarkan.
3. Pengawasan jumlah yang dibutuhkan
Pengawasan ini penting agar perusahaan terhindar dari resiko kekurangan dan kelebihan jumlah persediaan. Kekurangan persediaan akan menyebabkan terganggunya operasi perusahaan, sedangkan persediaan yang terlalu besar menyebabkan biaya penyimpanan yang terlalu besar pula. Untuk menentuka berapa besar jumlah yang dibutuhkan ada beberapa kebijakan umum yang biasa digunakan:
a. Menetapkan jumlah maksimun dan minimum
Dalam keadaan stabil, cara ini baik digunakan karena tingkat penjualan dapat diramalkan dengan tepat. Pada penetapan ini yang diperhatikan adalah:
1. Tingkat penggunaan atau penjualan barang
2. Jangka waktu pesanan atau tibanya barang
3. Jangka waktu pembuatan barang untuk perusahaan industri.
b. Dengan menggunakan perputaran persediaan
Perputaran persediaan merupakan angka yang menunjukkan kecepatan penggantian persediaan dalam periode tertentu, biasanya dalam 1 tahun. Tingkat perputaran persediaan dapat diketahui dengan cara:
c. Budgeting Control
Dengan menyusun anggaran produksi dan anggaran penjualan, perusahaan dengan cepat dapat mengetahui berapa jumlah persediaan yang ada dalam suatu periode berjalan. Hal ini sangat menguntungkan perusahaan , bahwa perusahaan dapat bertindak lebih dini terhadap hal-hal yang timbul dalam persediaan. Ramalan tentang jumlah persediaan memang bisa menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya, namun dengan ramalan tersebut setidaknya perusahaan dapat mengadakan evaluasi sekaligus pengawasan yang lebih terarah terhadap persediaan.














Pengawasan Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting bagi perusahaan, karena persediaan fisik pada perusahaan akan melibatkan investasi yang sangat besar pada pos aktiva lancar. Pelaksanaan fungsi ini akan berhubungan dengan seluruh bagian yang bertujuan agar usaha penjualan dapat intensif serta produksi dan penggunaan sumber daya dapat maksimal.
Istilah pengendalian merupakan penggabungan dari dua pengertian yang sangat erat hubungannya tetapi dari masing-masing pengertian tersebut dapat diartikan sendiri sendiri yaitu perencanaan dan pengawasan. Dua pengertian tersebut saling melengkapi satu sama lain. Pengawasan tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu tidak ada artinya, demikian pula perencanaan tidak menghasilkan sesuatu tanpa adanya pengawasan.

Kegiatan pengawasan persediaan tidak terbatas pada penentuan atas tingkat dan komposisi persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan dan pengawasan atau pelaksanaan pengadaan bahan bahan yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan serta dengan biaya yang serendah rendahnya.

Rabu, Desember 08, 2010

MKPK

PENGAWASAN PERSEDIAAN
(INVENTORY CONTROL)

1. PERSEDIAAN
Pengertian Persediaan adalah :
1. Suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan
dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang
normal, atau
2. Persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan /
proses produksi, atau
3. Persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam
suatu proses produksi

Alasan diadakannya Persediaan :
Butuh waktu untuk persediaan dalam proses dan pemindahan
Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu bagian membuat
jadual operasi secara, tidak tergantung dari yang lain
Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu bagian membuat
jadual operasi secara, tidak tergantung dari yang lain.





Kegunaan Persediaan bahan baku sampai bahan jadi :
- Menghilangkan resiko keterlambatan barang datang
- Menghilangkan resiko barang yang dipesan rusak
- Menumpuk barang yang dihasilkan secara musiman
- Menjamin kelancaran arus produksi
- Mencapai penggunaan mesin yang optimal
- Memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan
- Memberikan jaminan barang selalu ada
- Membuat pengadaan / produksi

Biaya Yang Timbul dari adanya Persediaan :
- Biaya Pemesanan (Ordering Costs)
- Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (Inventory Carrying
Costs)
- Biaya Kekurangan Persediaan (Out of Stock Costs)
- Biaya yang berhubungan dengan kapasitas (Capacity Associated
Costs)

Persediaan Dalam Menentukan / Mengukur Pendapatan :
1. Cara-cara Penentuan Jumlah Persediaan
a. Periodic System
b. Perpetual System (Book Inventory)
2. Metode Penilaian Persediaan
a. Cara First in, First Out (FIFO Method)
b. Cara Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Method)
c. Cara last In, First Out (LIFO Method)



2. ARTI DAN TUJUAN PENGAWASAN PERSEDIAAN

Pengertian Pengawasan Persediaan :
Perusahaan harus dapat mempertahankan suatu jumlah
persediaan yang optimum yang dapat menjamin kebutuhan bagi
kelancaran kegiatan dalam jumlah dan mutu yang tepat serta
dengan biaya yang serendah-rendahnya.

Syarat-syarat dalam sistem pengawasan persediaan :
- Gudang yang luas
- Sentralisasi kekuasaaan dan tanggung jawab di bagian gudang
- Sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan barang
- Pengawasan mutlak atas pengeluaran barang
- Pencatatan jumlah barang yang dipesan, barang keluar dan sisa
barang
- Perencanaan untuk mengganti barang yangkeluar, rusak, usang
dan barang lama (out of date)
- Pengecekkan untuk menjamin efektivitas kegiatan rutin


Tujuan Pengawasan Persediaan , menjaga agar :
- persediaan selalu ada, sehingga kegiatan produksi tidak terhenti
- pembetukkan persediaan tidak besar, sehingga biaya yang timbul
juga tidak besar
- pembelian dalam jumlah kecil untuk menekan biaya pemesanan


3. ORGANISASI PENGAWASAN PERSEDIAAN
DALAM PABRIK

Dilihat dari jenis proses produksi , organisasi pengawasan
persediaan diatur sebagai :
1. Pabrik dengan proses terus- menerus (Continuous
Manufacturing)
2. Pabrik dengan proses terputus-putus (Intermittent Manufacturing)



4. PERSEDIAAN PENYELAMAT (BUFFER / SAFETY STOCK)

1. Arti dan Tujuan buffer stock
2. Faktor-faktor yang menentukan besarnya buffer stock
a. Penggunaan Bahan Baku rata-rata
b. Faktor waktu / Lead Time (Procurement Time)
c. Penentuan Besarnya buffer stock
- Probability of stock out approach
- Level of service approach (Frekuensi and Quantity)
- Standar Kuantitas (Persediaan Minimum, Besarnya Pesanan
Standar, Persediaan Maksimum, dan Tingkat Persediaan)